Monolog Perpisahan

dia akan pergi.
tanggal 7 april 2012
siapa? 
belahan dari diriku.

Aku sudah melihatnya sejak aku pertama kali lahir di dunia. dan sejak saat itu aku mengenalnya sebagai saudara-kakak-sahabat-musuh. di rumah sederhana dengan perabot seadanya, disanalah kami, aku dan dia menjalani masa kanak-kanak hingga remaja. di sebuah kamar yang tidak terlalu lebar, kami berbagi tempat untuk menyandarkan kelelahan, di halaman sempit di depan rumah, kami bercengkrama dengan irama angin yang indah. Aku tidak pernah dengan sadar untuk belajar mencintainya, tapi waktu dan keadaan mewajibkanku untuk tidak melupakan setiap detik kebersamaanku dengannya. iya, dia, yang paras cantiknya selalu membuat semua mata menatapnya. dia yang selalu meneguhkanku, meyakinkanku bahwa warna kulit gelapku ini membuatku tampak jauh lebih mengagumkan dari wajahnya yang seputih cahaya.

Di mata ibu, dan saudaraku yang lain, dia adalah sosok gadis pemberontak, si pemberontak yang cantik, suaranya juga merdu-jauh beda dengan suaraku yang gag ngalor gag ngidul. si pemberontak yang selalu berusaha membuatku tertawa, bahagia. Si pemberontak yang selalu kena marah jika sesuatu yang buruk terjadi padaku. si pemberontak ya
ng cantik itu. yang selalu ada untuk membela kesalahanku. 

Sepanjang hari-hariku bersamanya, satu hari yang paling aku benci adalah hari dimana aku harus berpisah dengannya, dia milikku selama 12 tahun dan sudah menjadi milik orang lain di tahun yang ke 13. Hari itu, hari pertama perpisahan kami dan setelahnya aku belajar untuk terbiasa dengan perpisahan, tapi sayangnya sampai saat ini, perpisahan dengannya masih menjadi hal yang tidak biasa bagiku. 

Kesepian adalah satu kata yang setia menghantuiku di rumah sederhana yang kian tahun kian menyepi itu, dan kehadirannya pasti bisa membantuku melawan rasa sepi. Dia meramaikan, dia meleburkan kekakuan, dia menemani keheningan, dia yang ada untuk sekedar membasuh luka. 

Sulit, sulit sekali membayangkan ketiadaannya untuk sekian kali dari hidupku, dari hari-hariku, dari rumahku.  sulit sekali menggambarkan perasaan tersisih dan sendiri yang ia berikan karena kepergiannya. sulit sekali. aku selalu berharap ada keajaiban yang membuatnya bisa tetap tinggal, tapi itu pasti akan sulit, sulit sekali. lalu detik-detik yang akan aku lewati tanpanya, adalah bagian yang paling sulit yang tetap harus dijalani. 

Mempersiapkan diri untuk menghadapi masa-masa tidak menyenangkan menjadi agenda pentingku dalam minggu ini. mempersiapkan kehilangan, memperlembut alunan keras lagu perpisahan. Sangat membosankan bertemu dengan penantian, penantian yang panjang dan melelahkan, dan karenanya aku akan melupakan hari pertemuan itu, tidak menunggunya, tidak terlalu mengharap dia akan datang dengan cepat, biar ketika saat itu tiba, aku akan seolah-olah merasa tidak pernah berpisah.


dengan kerinduan.
Malang. 29-3-12

Komentar

Postingan Populer