Final Decision

" kamu tidak cukup berarti untuk diperjuangkan ternyata, hahaha" tawa nyaring raisa membuatku benar-benar ingin menonjok hidungnya. 
" tega sekali kamu, tertawa diatas penderitaan orang lain" aku manyun, gadis mungil itu semakin keras tertawa.
" yah, seringkali orang orang mempunyai banyak stok alasan untuk meninggalkan seseuatu..seseorang yang  tentunya tidak benar-benar ia inginkan.." kali ini raisa mentapku dengan wajah simpati, dia menepuk pundakku pelan, aku menepisnya perlahan.
" begitukah menurutmu?"

" iya cantik.. iya, tentu saja seperti itu, jika dia menginginkanmu, benar-benar mencintaimu dan percaya padamu, tentu saja dia memiliki lebih banyak alasan untuk bertahan bersamamu, melakukan segala cara untuk menjagamu tetap disisinya, mendampingi sepanjang hidupnya, menikah dengannya.. "
" dia bilang aku berkhianat, dia selalu mengatakan itu.. aku tidak pantas untuk diperjuangkan, aku tidak pernah tahu pengorbanannya, dia bilang.."
" hei..hei.. sudah.. sudah.. aku mengerti, "
" kamu tidak mengerti raisa, aku terlalu berharap, aku terlalu percaya dengan semua yang dia janjikan dulu, aku.. "
"keluarkan semuanya dear.." aku menggeleng, sekuat tenaga menahan sesak yang memenuhi rongga dada. menutup wajahku dengan tangan yang mulai turut basah, nafasku naik turun karena emosi dan rasa marah yang mencapai puncaknya.
" a-aku tahu, ini salahku, aku tidak mengatakan padanya sebelumnya kalau aku akan menghadiri pernikahan deni.. tapi aku tidak pernah menyangka sampai seperti ini.. itu pernikahan raisa! pernikahan! menurutmu apa yang bisa aku lakukan dalam sebuah pernikahan? meskipun itu pernikahan seseorang yang pernah sebentar mengisi hari-hariku? aku hanya datang, aku hanya menghadiri undangan.. tidak lebih, mana mungkin aku bisa disebut pengkhianat hanya karena datang ke sebuah pernikahan suci? bagaimana bisa raisa? bagaimana bisa? aku selalu yakin itu bukan alasan yang utama.. "
" sabar dear.. kamu bisa melewati semuanya.."
" tidak raisa, tidak. aku hancur, aku lebur, terlebih aku sudah tahu kalau dia punya alasan lain, alasan yang tak pernah ia katakan dengan jujur padaku.. alasan yang selalu aku tertawakan setiap malam, .. " aku tersedak, raisa menenagkanku, wajahnya terlihat sedih. muram,
" kamu tidak harus melanjutkan cerita jika belum siap.."
" hanya karena aku lahir dari keluarga broken home raisa! hanya karena aku harus lahir dari sperma seorang penjudi dan pemabuk!, hanya karena aku harus memiliki ayah yang tidak beriman! hanya karena aku harus lahir dari keluarga yang miskin harta.. apa aku salah raisa karena lahir seperti itu? apa aku salah karena tidak pernah menyesalinya?.." raisa menghapus airmata yang jatuh perlahan di pipinya, dia menggeleng, hidung mancungnya memerah, dia tersenyum dengan susah payah.
" tentu tidak dear, tidak, kamu tidak pernah bisa disalahkan karena itu.. tidak dear, tidak.. bagaima mungkin manusia bisa mempersalahkan Apa yang telah Tuhan Anugrahkan kepada makhluk-Nya?"
" tapi mereka mempersalahkan itu raisa.. mereka melakukannya, dan laki-laki itu bahkan tidak melakukan apapun untuk membela takdirku, dia malah menyebutku pengkhianat dan pergi... "
" maka kamu juga harus pergi dear.. meninggalkan semua perasaanmu padanya, meninggalkan semua kesakitan itu dibelakang.. "
" aku selalu bermimpi dia akan kembali.."
" dia hanya akan kembali untuk menyakitimu lagi dear.. bangunlah.."
" aku terlalu mencintainya .. terlalu mengingkannya.."
" dia tidak mencintaimu dan dia tidak menginginkanmu.. biarkan Tuhan memilihkan lelaki terbaik untukmu.. "
" tidak bisakah aku hanya menunggunya raisa?"
" bagaimana mungkin kamu masih bisa menunggunya setelah dia menyakitimu sebegitu parah? sadarlah dear.. bangunlah, dunia ini tidak sesempit yang kamu fikirkan.."
" tapi sa.."
" tidak dear, tidak ada tapi, tinggalkan sekarang atau selamanya kamu akan tersakiti.."
" sa.. "
" jadikan ini pelajaran berharga dear, jangan pernah terjatuh lagi di lubang yang sama.."
" apa aku sebegitu tidak layaknya untuk diperjuangkan?" raisa tersenyum, menatap mataku lekat-lekat.
" dengar baik-baik karena aku tidak akan mengatakannya dua kali, dia hanya tidak cukup layak untuk mendapatkan perempuan se indah kamu..  mengerti?"
aku mengangguk, dia tersenyum semakin lebar dan aku merasa dunia abu-abuku perlahan berubah cerah.

**karena semua akan indah pada waktunya
   lalu kamu hanya perlu untuk percaya, ^^ 
   percaya pada cinta, cinta-Nya 




Komentar

Postingan Populer