Satu Purnama II


 
Reyna masih terpaku pada katalog produk fashion terbaru yang akan diluncurkan oleh perusahaannya besok pagi. Katalog itu akan diluncurkan bersamaan dengan pembukaan outlet baru mereka yang berlabel THE NEXT, di salah satu kawasan perbelanjaan modern di Bekasi.  Perempuan yang masih lajang di umurnya yang sudah memasuki pertengahan kepala tiga itu tidak benar-benar mencermati katalog di depannya. Ia hanya membolak-baliknya dengan fikiran kosong. Pertemuan tiba-tiba dengan Alvin sore kemarin, membuatnya kehilangan konsentrasi. Lelaki yang ia kira, sudah ia lupakan ternyata masih saja memiliki jejak yang tertinggal di hatinya. 
       Mungkin, lelaki itulah jawaban dari semua keraguannya pada pria-pria yang silih berganti datang mendekatinya. Mungkin, cinta masa lalu yang ia anggap sudah tidak ada itulah yang selama ini menjadi pemberat langkahnya untuk melengkapi separuh agama. 
       Reyna menghela nafas panjang, ia tak yakin dengan perasaannya sendiri. Memang, diam-diam kerinduan pada lelaki ambisius bermata elang itu pernah hinggap padanya. Tapi secepat rindu itu datang, secepat itu pula Reyna menepisnya. Ah, hati wanita karir ini sedang dilanda kegalauan. Di balik kesuksesannya mengeleloh perusahaan, di balik ketangguhannya melewati ujian demi ujian kehidupan yang membuatnya kehilangan kedua orang tuanya, di balik ketegarannya mengasuh adik-adiknya seorang diri, dibalik itu semua, jauh di dalam diri seorang Reyna ada kerapuhan  perempuan. Jauh di dalam dirinya, ada tempat kosong yang butuh di isi dengan perhatian seorang lelaki. 
        Reyna tiba-tiba saja menyesali sikapnya sendiri yang terlalu gegabah untuk pergi sore itu. Ia kini memikirkan kesempatan yang mungkin diberikan Tuhan untuknya dan Alvin untuk memulai semuanya dari awal. Namun sayangnya, kesempatan itu telah ia buang begitu saja.



*** 
      Alvin bersiap untuk menghadiri soft opening outlet fashion yang digeluti oleh sahabatnya.Ia baru saja akan memasuki mobil ketika perempuan itu datang menghampirinya. Alvin terlihat tidak senang.
" Mama bilang kamu mau dateng ke acaranya Deni, jadi aku pikir kenapa kita nggak berangkat bareng aja?" 
" Tapi,  kamu bisa bawa mobil sendiri kan?, lagian aku masih ada urusan setelah dari sana.. nggak mungkin juga kan, kamu ngikutin aku kemana-mana?" 
"Aku lagi free kok hari ini, "
" Tapi lun.."
"Alvin, kamu lupa ya? aku ini tunangan kamu, jadi wajar donk kalau kita bareng kemana-mana.. lagipula, kita juga tidak setiap hari ketemu..". Luna segera membuka pintu mobil dan duduk di samping kursi kemudi. Alvin tidak bisa berbuat apa-apa untuk mengusir wanita itu keluar dari mobilnya, ia hanya mendengus kesal. 

*** 
Reyna terlihat anggun dengan dress panjang berwarna merah yang dipadankan dengan blazer bunga , wajahnya juga terlihat makin bersinar dengan jilbab pasmina berwarna senada. Perempuan itu tampak bersiap menyambut tamu serta kolega bisnisnya di depan pintu masuk outlet terbarunya, ketika Deni datang menghampirinya dengan sebuket bunga segar.
"Kamu terlihat cantik hari ini.. "
" Terimakasih, bunga nya juga cantik..". Reyna menerima bunga pemberian Deni dengan tersenyum.
" Sebagai ucapan selamat atas keberhasilan kita membuka outlet ini.."
" Iya, semoga soft opening hari ini berjalan lancar..". Reyna menyahut pelan sembari memberikan bunga itu pada asistennya.
" dan menarik minat investor  yang lain, tentu saja.."
"haha.. kau sangat ambisius Deni.. " Reyna tertawa kecil, Deni memperhatikan dari sudut matanya. Lelaki paruh baya itu dapat melihat pesona yang menguar dari diri seorang womenpreuner muda itu. pesona yang mungkin saja telah memikat banyak lelaki sebelum dirinya. Ia tak habis pikir apa yang membuat perempuan dengan pesona yang begitu tak tertahankan ini masih saja melajang di usianya sekarang.
" Deni.. halo?". Reyna mengibas-ngibaskan tangannya di depan wajah Deni, lelaki itu segera tersadar dari lamunan. Wajahnya tampak memerah menahan malu karena tertangkap basah memperhatikan Reyna tanpa berkedip.
"Ah, iya.. "
" Kamu kenapa?"
" emm, aku hanya sedikit gugup dengan ini..."
" Ayo masuk, kita akan segera mulai" Deni mengangguk dan mengikuti langkah Reyna dari belakang. Lagi-lagi Deni berdecak kagum, bahkan dari belakang pun, ia masih terlihat menawan. 

*** 
to be continued 






Komentar

Postingan Populer