Nostalgia Dua Tanah kelahiran

Malang pernah menjadi salah satu kota impian saya untuk menempuh pendidikan. Dulu, hampir 5 atau 6 tahun yang lalu. Dalam bayangan saya malang adalah kota yang sejuk dan indah, tempat dimana cerita cerita sempurna akan tercipta. Kulinernya melimpah, biaya hidupnya rendah, banyak sekolah berkualitas disana. Ya, pokoknya sempurna.




Saya akhirnya mendapatkan kesempatan itu, tidak lebih dari empat tahun, pas tidak kurang. Saya habiskan disana untuk meniti arti perjuangan dalam menempuh pendidikan. Hitam putih, manis asam. Semua sudah saya rasakan. Tapi keberhasilan? Aih, mungkin belum benar benar saya capai.

Sampai hari ini pun, ketika saya sudah kembali meninggalkan kota ini, saya merasa harus tinggal disana lagi. Entahlah, kota hujan ini selalu bisa membuat orang rindu. Rindu guling2. Namun ada beberapa hal yang memang tidak begitu saya sukai jika tinggal disana.

Yang pertama macetnya, yang kedua riuhnya, yang ketiga terlalu dekat dengan sanak saudara. Hehe.. kadang2 kalau dekat begitu memang rawan banyak gesekan. Dan yang ke empat memang kita selalu disuruh dan diperintahkan untuk fantasiruu filardh, berjalan di muka bumi. Tidak hanya melulu menetap di satu tempat untuk waktu yang lama.

Kita perlu untuk keluar dari zona nyaman bernama keluarga, pergi merantau mengenal orang2 baru, menemukan keluarga baru. Menambah pengalaman agar tidak hanya itu itu. Meskipun rindu ini kadang menyiksa begitu dahsyatnya, tapi tetap saja tinggal di rantau adalah pilihan saya. Saya merasakan ikatan kami, saya dan suami maksudnya. Semakin menguat ketika kami jauh dari keluarga dekat. Kami tak lagi memiliki orang lain untuk meminta bantuan, kami menjadi saling membutuhkan. Disaat sesulit apapun Allah selalu menjadi satu satunya tempat tumpuan, lalu siapa lagi?. Itulah mungkin hikmahnya, kenapa para ulama sekelas imam syafii menganjurkan para pemuda untuk keluar rumah. Merantaulah sejauh jauhnya. Renggutlah ilmu dan hikmah yang tidak bisa kau dapati di negerimu sendiri. Iya, merantau, menjadi orang baru, pribadi baru y
ang selalu memperbaiki diri.

Kerinduan saya kepada dua tanah kelahiran, Malang Lamongan.
Lamongan adalah tanah dimana saya dibesarkan, malang adalah tempat dimana mimpi mimpi saya lahir dan berkembang. Mimpi mimpi yang sampai saat ini masih saya kejar dalam kegigihan. Mungkin besok hari sudah di tangan, entah lusa. Saya hanya berusaha dan percaya.

Bengkulu, mendung yang senyepi dalam rindu.



Komentar

Postingan Populer