Aku dalam cerita

" amour, cinta?"
"itu masa lalu, percayalah itu masa lalu.!"
"iya, masa lalu dan kamu masih menyimpannya dengan manis di laptopmu!! manis sekali.. " kau tersenyum sinis. aku menatapmu dengan tatapan tak mengerti harus bagaimana lagi.
" aku tidak menyimpannya!"
" iya, karena kamu baru saja menghapusnya, kamu baru saja menghapusnya karena aku melihat laptopmu!"
kau melihatku dengan mata penuh luka, rahangmu mengeras karena amarah. dan aku sendiri bingung harus berkata apa.
" aku sudah menghapus semua file tentang dia lama, lama sekali dan saat kau meminjam laptopku aku mencari-cari lagi, aku memastikan apa semua foto itu sudah terhapus karena aku tidak mau kamu tidak sengaja menemukannya dan kemudian salah faham, lalu ternyata masih ada yang tertinggal di folder foto-foto organisasi dan aku menghapusnya.. aku tidak pernah sengaja menyimpan itu!!"
dan kamu membuang muka, terlihat begitu jijik dengan apa yang aku katakan.
"sudahlah! aku muak dengan semua omong kosongmu itu! aku sudah bosan!! sudah berapa kali kau membuat aku seperti ini? " aku menunduk, tidak kuasa membalas tatapan tajammu itu, aku tidak seperti itu, aku benar-benar sudah menghapus semua foto dan kenangan tentang dia jauh sebelum hari ini.aku benar-benar tidak seperti yang kau kira. aku membatin, menghibur diriku sendiri dengan kebenaran yang tidak ingin kamu dengar. sepi, aku mendengar nafasmu yang naik turun tidak teratur, kamu marah, dan pembelaan seperti apapun sekarang tidak akan bisa dengan mudah memadamkan api cemburu di dadamu, aku mengerti, aku memahami rasa sakit yang kau hembuskan dari belah hatimu yang kini luka, luka karena serpihan masa lalu yang tidak sengaja tertinggal, masa lalu yang sudah aku lupakan.
" aku minta maaf, ini kesalahfahaman, aku tidak pernah sengaja menyimpannya, aku sungguh-sungguh," suaraku, hampir tak terdengar, dadaku sesak melihatmu seperti ini dan mataku tiba-tiba menghangat, ini hanya salah faham ladies, ini bukan salahmu, jadi kamu tak perlu meneteskan airmata!!, ayolah, jangan cengeng!. tapi air itu sudah menggenang, ah, aku merasa seperti peminta-peminta. aku seperti anak kecil yang menangis karena dituduh mencuri sandal.
" aku sudah benar-benar bosan dengan semua ini. terimakasih atas semuanya, selamat tinggal.." dan kau berlalu, sebelum aku mengangkat mukaku untuk dapat melihatmu lagi, sebelum aku bisa membaca kepastian pahit itu dari mimik wajahmu yang selalu aku rindu. kamu berlalu, meninggalkanku, yang mematung di belakangmu. benar-benar pergi, tanpa jeda, tanpa tapi.

bisakah kau percaya, aku tidak seperti yang kamu kira? 


Badai itu terasa keras menampar wajahku, aku bergeming, memilih untuk menunggu. badai pasti berlalu.



Komentar

Postingan Populer