Langsung ke konten utama

Kehilangan

Dulu sekali, saya merasa sangat penasaran bagaimana rasanya kehilangan seseorang yang sangat kita sayangi, yang kehidupannya membuat kita terinspirasi, yang karena doa-doanya kita jadi merasa terlindungi. iya, sehingga tidak jarang saya merenung dan membayangkan bagaimana jika suatu saat orang itu benar-benar pergi dan saya tidak mungkin bisa melihatnya lagi, saya ingat betul ketika saya membayangkannya saya sampai menangis sendiri, membayangkan betapa sakit dan pedihnya perasaan kehilangan seperti itu. saya memikirkan betapa saya akan menjadi gila jika hal itu benar-benar terjadi. 

Hingga sampai suatu hari saya benar benar memiliki perasaan kehilangan itu di alam nyata. di dalam sebuah ambulan Rumah sakit daerah, duduk disampin tubuh yang tak lagi bernyawa. Turun di depan Rumah disambut dengan isak tangis para keluarga dan tetangga. begitu sesaknya, bertangisan dengan saudara-saudara. melepas kepergian Ibunda tercinta. Saya sendiri yang membawanya dengan ambulan ke rumah sakit, menyaksisakan betapa beliau sudah tidak tahan dengan rasa sakit di tubuhnya, menangis sendirian karena tidak bisa melakukan apa-apa kecuali berdoa di sepanjang perjalanan. terus menyabarkannya padahal aku sendiri sudah tidak sabar.

Saya tidak pernah bisa melupakan saat-saat itu, perasaan sakit dan kehilangan yang menyesakkan dada.

Meskipun saya merasa menjadi anak yang paling beruntung karena bisa bersamanya sampai akhir, memijit kakinya, mendengar nasihatnya. Dan saya memang berdoa agar beliau segera diberikan yang terbaik, segera menghadap Tuhannya atau segera sembuh dan kembali kepada kami. 

Alhamdulillah saya tidak Gila, Perasaan sedih saya terkikis berganti dengan rasa prihatin karena melihat kakak kakak saya yang lain yang tidak bisa menemani ibu hingga akhir. Semua orang melihat saya dengan perasaan kasihan, si bungsu yang sendirian, si bungsu yan paling dekat dengan ibu, si bungsu yang masih butuh perhatian, kasihan. 

selepas kepergiannya saya baik-baik saja, saya masih merasa Ibu itu hidup, tapi ketika saya melewati pemakamannya, barulah saya ssadar kalau beliau sudah tidak lagi bersama kami. kalau saya tidak lagi bisa memakan masakannya, sudah tidak bisa bermanja-manja padanya, tidak bisa lagi minta didoakan olehnya. 

Kehilangannya, adalah kehilangan paling menyakitkan dalam hidup saya dan syukurlah, Allah SWT memberi saya kekuatan untuk bertahan dan melanjutkan kehidupan . 

maka ketika 'syndrom' kehilangan itu kembali menghampiri saya di suatu masa, saya bisa mengatasinya  walau masih dengan airmata yang sama, dengan rasa sesak yang hampir sama. 

"karena kehilangan adalah keniscayaan" :)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Monolog Perpisahan

dia akan pergi. tanggal 7 april 2012 siapa?  belahan dari diriku. Aku sudah melihatnya sejak aku pertama kali lahir di dunia. dan sejak saat itu aku mengenalnya sebagai saudara-kakak-sahabat-musuh. di rumah sederhana dengan perabot seadanya, disanalah kami, aku dan dia menjalani masa kanak-kanak hingga remaja. di sebuah kamar yang tidak terlalu lebar, kami berbagi tempat untuk menyandarkan kelelahan, di halaman sempit di depan rumah, kami bercengkrama dengan irama angin yang indah. Aku tidak pernah dengan sadar untuk belajar mencintainya, tapi waktu dan keadaan mewajibkanku untuk tidak melupakan setiap detik kebersamaanku dengannya. iya, dia, yang paras cantiknya selalu membuat semua mata menatapnya. dia yang selalu meneguhkanku, meyakinkanku bahwa warna kulit gelapku ini membuatku tampak jauh lebih mengagumkan dari wajahnya yang seputih cahaya. Di mata ibu, dan saudaraku yang lain, dia adalah sosok gadis pemberontak, si pemberontak yang cantik, suaranya juga ...

Jalan-jalan Padang-Bukittinggi 1

Hari selasa, tanggal 29 Juli 2014 saya memulai perjalanan panjang menuju kota padang, Sumatera Barat dari kota Bengkulu. Sebenarnya perjalann dari dari Bengkulu menuju Padang melewati banyak sekali pemandangan gunung yang indah, tapi sayangnya hal itu tidak sempat diabadikan oleh penulis karena medan jalan yang berkelok kelok dan naik turun gunung membuat penulis mengalami mabuk kendaraan parah dan tidak bisa tertolong. AKhirnya dengan sisa-sisa tenaga di senja hari saat kami akan memasuki kota Bangko yang terletak di daerah Jambi, penulis hanya bisa mengabadikan matahari senja seperti gambar di samping.

DAMPAK BURUK DOSA

Dalam kitab az-zuhd, Abdullah bin ahmad menuturkan dari Muhammad bin sirin , “ disaat terlilit utang, ia menjadi risau, ia lalu berujar, ‘aku tahu kerisauan ini adalah sebab dosa yang kuperbuat sejak empat puluh tahun yang lalu. “ Perlu digarisbawahi bahwa kebanyakan orang salah paham tentang dosa, yaitu mereka tidak melihat akibatnya secara langsung. Terkadang akibat dosa itu terjadi di kemudian hari hingga mereka lupa dan mengira bahwa dosa tidaklah berakibat apa-apa. Seorang penyair mengatakan: Jika tembok tidak berdebu saat runtuhnya Maka, tak aka nada debu lagi setelah runtuhnya