Langsung ke konten utama

Let Me, Move On dear.. :)

" kamu mau kemana?" dia bertanya dengan wajah cemas, memegang pundakku erat-erat, aku menoleh, menggeser tangannya dan tersenyum.
" move on.. " 
"kamu tidak mungkin melakukannya, kamu masih mau tinggal disini.. kamu hanya bercanda.." 
"kamu pikir sampai kapan aku akan disini?"
" selamanya.. selamanya.."
" aku tidak akan membuatmu menang dengan mudah.." 
" kamu tidak ingat betapa indahnya aku dulu?"
" aku tidak akan pernah lupa betapa menyakitkannya kamu sekarang.."
" kamu.. tidak sungguh-sungguh akan pergi bukan?" 
" aku benar-benar akan meninggalkanmu"
" kamu berbohong, kamu tidak mungkin sanggup melakukannya.." 
" kamu hanyalah sampah yang harus segera aku singkirkan agar aku bisa hidup dengan tenang"
" kamu pasti menyesal dengan itu"
"kamu sudah tidak ada artinya.."
" aku menyenangkanmu dulu.."
" kamu menyiksaku sekarang"
"bukankah kamu memujaku? beratus puisi kau tulis karena ku"
" dulu aku memang tertipu, tapi sekarang aku sadar kamu adalah palsu.."
" kamu tidak mungkin bisa.. kamu tidak mungkin sanggup hidup tanpa aku.." dia tersenyum sinis padaku, aku menggeleng pelan, matanya yang dulu sangat indah kini terlihat menyilaukan, dunia yang ia tawarkan begitu gemerlap dulu, tapi kini sudah terlalu panas untuk ditinggali.
"kamu hanya omong kosong, biarkan aku pergi, "
"kamu.."
" selamat tinggal, aku baik-baik saja tanpamu.."
" tidak mungkin.."
"aku pergi dulu dear, kamu sungguh indah, menyenangkan tapi menenggelamkan.."

aku memasukkan gantungan kunci terakhir ke dalam kardus, aku dapatkan saat dia baru pulang dari australia, kenangan-kenangan itu mungkin berteriak, tak terima dibuang. juga rasa cinta buta yang dulu ku agungkan, dia memaksaku untuk tinggal dalam masa lalu, tapi setiap kali aku menurutinya setiap kali itu pula aku akan tertidur dalam kepalsuan, maka ketika aku sudah terbangun tak akan aku biarkan dia membuatku kembali lelap dalam kesakitan, cinta semu yang membuatakan. 

just let me move on dear.. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Monolog Perpisahan

dia akan pergi. tanggal 7 april 2012 siapa?  belahan dari diriku. Aku sudah melihatnya sejak aku pertama kali lahir di dunia. dan sejak saat itu aku mengenalnya sebagai saudara-kakak-sahabat-musuh. di rumah sederhana dengan perabot seadanya, disanalah kami, aku dan dia menjalani masa kanak-kanak hingga remaja. di sebuah kamar yang tidak terlalu lebar, kami berbagi tempat untuk menyandarkan kelelahan, di halaman sempit di depan rumah, kami bercengkrama dengan irama angin yang indah. Aku tidak pernah dengan sadar untuk belajar mencintainya, tapi waktu dan keadaan mewajibkanku untuk tidak melupakan setiap detik kebersamaanku dengannya. iya, dia, yang paras cantiknya selalu membuat semua mata menatapnya. dia yang selalu meneguhkanku, meyakinkanku bahwa warna kulit gelapku ini membuatku tampak jauh lebih mengagumkan dari wajahnya yang seputih cahaya. Di mata ibu, dan saudaraku yang lain, dia adalah sosok gadis pemberontak, si pemberontak yang cantik, suaranya juga ...

Jalan-jalan Padang-Bukittinggi 1

Hari selasa, tanggal 29 Juli 2014 saya memulai perjalanan panjang menuju kota padang, Sumatera Barat dari kota Bengkulu. Sebenarnya perjalann dari dari Bengkulu menuju Padang melewati banyak sekali pemandangan gunung yang indah, tapi sayangnya hal itu tidak sempat diabadikan oleh penulis karena medan jalan yang berkelok kelok dan naik turun gunung membuat penulis mengalami mabuk kendaraan parah dan tidak bisa tertolong. AKhirnya dengan sisa-sisa tenaga di senja hari saat kami akan memasuki kota Bangko yang terletak di daerah Jambi, penulis hanya bisa mengabadikan matahari senja seperti gambar di samping.

DAMPAK BURUK DOSA

Dalam kitab az-zuhd, Abdullah bin ahmad menuturkan dari Muhammad bin sirin , “ disaat terlilit utang, ia menjadi risau, ia lalu berujar, ‘aku tahu kerisauan ini adalah sebab dosa yang kuperbuat sejak empat puluh tahun yang lalu. “ Perlu digarisbawahi bahwa kebanyakan orang salah paham tentang dosa, yaitu mereka tidak melihat akibatnya secara langsung. Terkadang akibat dosa itu terjadi di kemudian hari hingga mereka lupa dan mengira bahwa dosa tidaklah berakibat apa-apa. Seorang penyair mengatakan: Jika tembok tidak berdebu saat runtuhnya Maka, tak aka nada debu lagi setelah runtuhnya