Langsung ke konten utama

Hujan dan Sebait Kenangan


Bagi kebanyakan orang Indonesia, hujan memiliki sekian banyak makna. Bagi petani padi, hujan adalah anugrah yang dapat membuat dapur mereka tetap menyala. Bagi Petani tambak, hujan memberi harapan berlimpahnya ikan. Bagi pedagang, hujan mendatangkan barang-barang baru untuk diperjualbelikan. Lalu bagi mereka yang masih melajang, hujan seperti pengirim pesan tentang kesepian di malam-malam yang hanya menyisakan kesendirian :). 

Hujan selalu membawa saya ke dalam labirin kenangan. Ingatan tentang orang-orang yang pernah hadir dan mewarnai hidup saya dengan senyum kebahagiaan, kemarahan, kesedihan dan pelajaran yang tak mungkin dapat saya hapuskan. 

Tetes hujan pertama bulan ini mengingatkan saya pada sesosok perempuan, yang dari rahimnya saya dilahirkan, yang dengan lembut kasihnya saya dibesarkan. Saya biasa memanggilnya emak. Perempuan tangguh itu tak pernah membiarkan hujan menghentikannya untuk pergi ke sawah, mencari sejumput padi dari para tuan tanah di hari panan raya. Masih lekat di ingatan saya, hari dimana hujan petir dan angin menciptakan keributan yang luar biasa di desa kami, dia bahkan tak mengizinkan dirinya sendiri untuk berhenti mengayuh sepeda. Wanita berjiwa baja itu rela menempuh jarak belasan kilometer di tengah guyuran hujan demi segenggam makanan untuk disuapkan ke mulut anak-anaknya yang nyaris kelaparan. Dari sana, saya mendapatkan pelajaran cinta pertama saya. cinta itu berbentuk keikhlasan. 

Hujan di musim panen raya seringkali menjadi momok menakutkan bagi saya saat kecil dulu. Karena saat itu, banyak terjadi peristiwa meninggalnya petani karena disambar petir atau jatuh terpeleset di sawah saat hujan lebat mengguyur. Hal ini selalu membuat saya ketakutan saat emak belum lagi pulang ke rumah padahal hari sudah senja dan malam nyaris datang. Saya menjadi paranoid dan pikiran-pikiran buruk tentang emak pun berkeliaran memenuhi otak kecil saya. Saya begitu takut tak bisa melihatnya lagi, dia satu-satunya yang saya miliki. saya mnyayanginya sepenuh hati, tapi dia menyayangi saya sepenuh bumi. 

Begitulah, hujan pertama di november tahun ini mengingatkan saya pada ketulusan sebuah perjuangan. Perjuangan seorang perempuan yang tak pernah menyerah pada takdir yang mengharuskannya bersusah payah di dunia demi menghidupi delapan anaknya. Semoga Allah memberikan balasan yang setimpal untuknya di dunia yang kekal nanti. :')

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Monolog Perpisahan

dia akan pergi. tanggal 7 april 2012 siapa?  belahan dari diriku. Aku sudah melihatnya sejak aku pertama kali lahir di dunia. dan sejak saat itu aku mengenalnya sebagai saudara-kakak-sahabat-musuh. di rumah sederhana dengan perabot seadanya, disanalah kami, aku dan dia menjalani masa kanak-kanak hingga remaja. di sebuah kamar yang tidak terlalu lebar, kami berbagi tempat untuk menyandarkan kelelahan, di halaman sempit di depan rumah, kami bercengkrama dengan irama angin yang indah. Aku tidak pernah dengan sadar untuk belajar mencintainya, tapi waktu dan keadaan mewajibkanku untuk tidak melupakan setiap detik kebersamaanku dengannya. iya, dia, yang paras cantiknya selalu membuat semua mata menatapnya. dia yang selalu meneguhkanku, meyakinkanku bahwa warna kulit gelapku ini membuatku tampak jauh lebih mengagumkan dari wajahnya yang seputih cahaya. Di mata ibu, dan saudaraku yang lain, dia adalah sosok gadis pemberontak, si pemberontak yang cantik, suaranya juga ...

Serba-Serbi Pernikahan

 Sebelumnya, saya banyak sekali mendapatkan pertanyaan tentang Pernikahan. Entah itu laki-laki, perempuan, tua (senior saya), muda (junior) dan juga teman-teman seumuran. Hal-hal yang selalu mereka tanyakan kepada saya sebenarnya tidak jauh beda, seperti : "apa yang membuatmu begitu yakin untuk menikah di usia muda?" atau " bagiamana rasanya menikah?", atau " nikah itu gimana siih?" dan pertanyaan-pertanyaan sejenis itu. Maka, agar saya tidak berulang kali menjawab pertanyaan-pertanyaan yang sama saya akan membagikan sedikit pengetahuan saya tentang pernikahan. Mengapa sedikit pengetahuan? karena umur pernikahan saya belum genap satu tahun, dan masih ada banyak hal yang belum saya ketahui tentang pernikahan itu sendiri. baiklah, silahkan disimak.

DAMPAK BURUK DOSA

Dalam kitab az-zuhd, Abdullah bin ahmad menuturkan dari Muhammad bin sirin , “ disaat terlilit utang, ia menjadi risau, ia lalu berujar, ‘aku tahu kerisauan ini adalah sebab dosa yang kuperbuat sejak empat puluh tahun yang lalu. “ Perlu digarisbawahi bahwa kebanyakan orang salah paham tentang dosa, yaitu mereka tidak melihat akibatnya secara langsung. Terkadang akibat dosa itu terjadi di kemudian hari hingga mereka lupa dan mengira bahwa dosa tidaklah berakibat apa-apa. Seorang penyair mengatakan: Jika tembok tidak berdebu saat runtuhnya Maka, tak aka nada debu lagi setelah runtuhnya