Langsung ke konten utama

Syukur yang terlupa

Memilikimu adalah anugrah
yang sering membuatku buta
memilikimu adalah syukur yang luar biasa
yang menjadi tak terasa
memilikimu adalah nikmat
yang tak lagi kukecap erat-erat

aku membatu
manisnya bibirmu tak lagi menyentuhku
aku bebal pada perasaan
aku muram pada kedengkian

Ampunan...
ingin kuhirup tiap wangi sukmamu kini
kusesap batinmu yang gemulai
aku merinduimu dalam diam syukur yang kering




Adalah aku harus kembali
melihat bunga merana yang mengekor di kakimu
melihat betapa banyak bintang yang mengagumi batinmu
aku yang layu, memilikimu
aku yang berdebu, bercumbu denganmu
aku..aku..aku..

para perawan menatap cemburu,
padaku,
aku yang di hatimu
aku yang bergelayut di dadamu
aku yang terlalu sombong untuk mensyukuri hadirmu
aku yang tamak pada dunia
tak kuasa melihat indah surga di teduh tatapanmu
aku yang terus menerus meragu
pada kasihmu
pada sayangmu
pada tulusmu

Aku, masihkah ada artinya bagimu?

bengkulu, 21 september 2015

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Monolog Perpisahan

dia akan pergi. tanggal 7 april 2012 siapa?  belahan dari diriku. Aku sudah melihatnya sejak aku pertama kali lahir di dunia. dan sejak saat itu aku mengenalnya sebagai saudara-kakak-sahabat-musuh. di rumah sederhana dengan perabot seadanya, disanalah kami, aku dan dia menjalani masa kanak-kanak hingga remaja. di sebuah kamar yang tidak terlalu lebar, kami berbagi tempat untuk menyandarkan kelelahan, di halaman sempit di depan rumah, kami bercengkrama dengan irama angin yang indah. Aku tidak pernah dengan sadar untuk belajar mencintainya, tapi waktu dan keadaan mewajibkanku untuk tidak melupakan setiap detik kebersamaanku dengannya. iya, dia, yang paras cantiknya selalu membuat semua mata menatapnya. dia yang selalu meneguhkanku, meyakinkanku bahwa warna kulit gelapku ini membuatku tampak jauh lebih mengagumkan dari wajahnya yang seputih cahaya. Di mata ibu, dan saudaraku yang lain, dia adalah sosok gadis pemberontak, si pemberontak yang cantik, suaranya juga ...

Jalan-jalan Padang-Bukittinggi 1

Hari selasa, tanggal 29 Juli 2014 saya memulai perjalanan panjang menuju kota padang, Sumatera Barat dari kota Bengkulu. Sebenarnya perjalann dari dari Bengkulu menuju Padang melewati banyak sekali pemandangan gunung yang indah, tapi sayangnya hal itu tidak sempat diabadikan oleh penulis karena medan jalan yang berkelok kelok dan naik turun gunung membuat penulis mengalami mabuk kendaraan parah dan tidak bisa tertolong. AKhirnya dengan sisa-sisa tenaga di senja hari saat kami akan memasuki kota Bangko yang terletak di daerah Jambi, penulis hanya bisa mengabadikan matahari senja seperti gambar di samping.

DAMPAK BURUK DOSA

Dalam kitab az-zuhd, Abdullah bin ahmad menuturkan dari Muhammad bin sirin , “ disaat terlilit utang, ia menjadi risau, ia lalu berujar, ‘aku tahu kerisauan ini adalah sebab dosa yang kuperbuat sejak empat puluh tahun yang lalu. “ Perlu digarisbawahi bahwa kebanyakan orang salah paham tentang dosa, yaitu mereka tidak melihat akibatnya secara langsung. Terkadang akibat dosa itu terjadi di kemudian hari hingga mereka lupa dan mengira bahwa dosa tidaklah berakibat apa-apa. Seorang penyair mengatakan: Jika tembok tidak berdebu saat runtuhnya Maka, tak aka nada debu lagi setelah runtuhnya