Langsung ke konten utama

Gerbang rindu

Satu hari, tepat saat kamu bilang akan pergi. Aku hanya terpaku dalam sedih yang tak terungkap. Aku tak bisa lagi mencegahmu berlari. Aku tak mampu untuk memintamu tetap tinggal disini. Aku hanya bisa melihat punggungmu berlalu.

Itu hari terakhir kita bersua. Di suatu senja di depan pintu kos ku yang bersahaja.
Setelahnya, ada hari-hari sepi yang menyiksaku dengan sakit tak terperih. Aku rindu. Sekedar melihatmu dari jauh pun, aku mau.
Tapi kamu benar-benar pergi. Menghilang bagai lenyap di telan bumi.

Andai kamu tahu, setiap pagi menjelma di ufuk timur sana. Aku merelakan kaki ku berjalan lebih jauh menuju kampus kita. Aku sengaja melewati jalan tikus menuju fakultasmu agar supaya kita dapat bertatap muka. Tapi kamu tak pernah ada. Ribuan mahasiswa berjalan di sana setiap paginya, dan entah mengapa sehari pun aku tak pernah melihatmu berkelebat disana. Sekali saja, tak pernah. Seolah engkau sengaja bersembunyi.

Perlahan aku meyakini, engkau mungkin hanya mimpi. Yang sempat menghinggapi tidurku beberapa hari. Menambat hatiku yang sekarat. Aku mungkin hanya berimajinasi tentangmu. Kamu mungkin tidak pernah nyata. Iya, semua kenangan manis itu mungkin cuma fatamorgana.

Namun, semakin aku meyakini hal itu. Khayalan tentangmu semakin membatu di hatiku. Seolah mengukir prasastinya sendiri. Tepat di pusat pikiranku.

Aku patah, berkeping-keping.
Luka ini, tak pernah benar-benar mengering.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Monolog Perpisahan

dia akan pergi. tanggal 7 april 2012 siapa?  belahan dari diriku. Aku sudah melihatnya sejak aku pertama kali lahir di dunia. dan sejak saat itu aku mengenalnya sebagai saudara-kakak-sahabat-musuh. di rumah sederhana dengan perabot seadanya, disanalah kami, aku dan dia menjalani masa kanak-kanak hingga remaja. di sebuah kamar yang tidak terlalu lebar, kami berbagi tempat untuk menyandarkan kelelahan, di halaman sempit di depan rumah, kami bercengkrama dengan irama angin yang indah. Aku tidak pernah dengan sadar untuk belajar mencintainya, tapi waktu dan keadaan mewajibkanku untuk tidak melupakan setiap detik kebersamaanku dengannya. iya, dia, yang paras cantiknya selalu membuat semua mata menatapnya. dia yang selalu meneguhkanku, meyakinkanku bahwa warna kulit gelapku ini membuatku tampak jauh lebih mengagumkan dari wajahnya yang seputih cahaya. Di mata ibu, dan saudaraku yang lain, dia adalah sosok gadis pemberontak, si pemberontak yang cantik, suaranya juga ...

Jalan-jalan Padang-Bukittinggi 1

Hari selasa, tanggal 29 Juli 2014 saya memulai perjalanan panjang menuju kota padang, Sumatera Barat dari kota Bengkulu. Sebenarnya perjalann dari dari Bengkulu menuju Padang melewati banyak sekali pemandangan gunung yang indah, tapi sayangnya hal itu tidak sempat diabadikan oleh penulis karena medan jalan yang berkelok kelok dan naik turun gunung membuat penulis mengalami mabuk kendaraan parah dan tidak bisa tertolong. AKhirnya dengan sisa-sisa tenaga di senja hari saat kami akan memasuki kota Bangko yang terletak di daerah Jambi, penulis hanya bisa mengabadikan matahari senja seperti gambar di samping.

DAMPAK BURUK DOSA

Dalam kitab az-zuhd, Abdullah bin ahmad menuturkan dari Muhammad bin sirin , “ disaat terlilit utang, ia menjadi risau, ia lalu berujar, ‘aku tahu kerisauan ini adalah sebab dosa yang kuperbuat sejak empat puluh tahun yang lalu. “ Perlu digarisbawahi bahwa kebanyakan orang salah paham tentang dosa, yaitu mereka tidak melihat akibatnya secara langsung. Terkadang akibat dosa itu terjadi di kemudian hari hingga mereka lupa dan mengira bahwa dosa tidaklah berakibat apa-apa. Seorang penyair mengatakan: Jika tembok tidak berdebu saat runtuhnya Maka, tak aka nada debu lagi setelah runtuhnya