Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2012

Sepotong Hati

aku diuji dengan sepotong hati yang berdebar kala mata ini tak henti mencari yang berdendang saat desau angin memuja muji yang berbunga ketika seulas senyum melintas sahaja Aku hanya diberi sepotong Hati yang harus dijaga dengan penuh penuh jiwa yang musti dilindungi dengan besi dan baja yang perlu dirawat dengan dzikir dan doa

DOA

seberat apapun dunia membebanimu kamu selalu miliki tempat bersandar sekelam apapun hidup membawamu berlari selalu ada cahaya yang tak enggan menerangi sehampa apapun kecewa menerpa raga senantiasa ada penawar dahaga sepahit apapun takdir yang kau telan ada yang selalu  bersedia tunjukkan obatnya sekering apapun air yang kau minum ada banyak massa yang mampu menyegarkannya doa, panjatkanlah tanpa lelah

Tidak Bisa

Tidak bisa selebar apapun tanda itu terbelah kamu selalu hanya bisa menerka malam yang hitam tak selalu berarti muram Tidak bisa, jangan pernah mendamba pada makhluk sahaja karena risau dan gelisah adalah pengiringnya Tidak bisa, sesumbar hanya fatamorgana lidahmu terayun begitu mudah lontaran tawa menjadikanmu gila

Cerita Kita

Aku sedang membuka-buka draft skripsiku saat suara yang tak asing itu menyapaku, " naila.. " aku tertegun sebentar sebelum kemudian, mengangkat muka untuk melihatnya yang sudah berdiri di depanku, dengan senyum yang terlihat dipaksakan. aku tersenyum padanya. " iya.. ada apa rif?" laki-laki itu tampak segan,  " emm.. ada yang ingin saya bicarakan denganmu, boleh saya duduk ?"  " baiklah, tapi jangan lama-lama ya, saya banyak tugas" dia menganguk senang, senyum manisnya keluar dengan tanpa beban sekarang, - senyum manis yang dulu pernah sangat aku rindukan-. dia duduk, dan aku kembali menekuni draft skripsiku, ada beberapa hal yang perlu di revisi. " emm.. naila.. "

Jalannya

Jalan itu terasa sangat indah membentang seluas samudra gemerlap secerah bintang titania siapa yang tahu? rencana-Nya selalu lebih perkasa meski mungkin masih ada batu menghadang disana ada karang terjal yang mungkin membelah lurusnya ada kerikil kerikil tajam yang melambatkannya ada duri yang bisa hentikannya

Cristina Perri # Jar of Hearts

I know I can't take one more step towards you 'Cause all that's waiting is regret Don't you know I'm not your ghost anymore You lost the love I loved the most I learned to live, half alive And now you want me one more time [Chorus] Who do you think you are? Runnin' 'round leaving scars Collecting your jar of hearts And tearing love apart You're gonna catch a cold From the ice inside your soul So don't come back for me Who do you think you are? I hear you're asking all around If I am anywhere to be found But I have grown too strong To ever fall back in your arms I've learned to live, half alive And now you want me one more time [Chorus] It took so long just to feel alright Remember how to put back the light in my eyes I wish I had missed the first time that we kissed 'Cause you broke all your promises And now you're back You don't get to get me back Who do you think you are? Runnin' '...

Final Decision

" kamu tidak cukup berarti untuk diperjuangkan ternyata, hahaha" tawa nyaring raisa membuatku benar-benar ingin menonjok hidungnya.  " tega sekali kamu, tertawa diatas penderitaan orang lain" aku manyun, gadis mungil itu semakin keras tertawa. " yah, seringkali orang orang mempunyai banyak stok alasan untuk meninggalkan seseuatu..seseorang yang  tentunya tidak benar-benar ia inginkan.." kali ini raisa mentapku dengan wajah simpati, dia menepuk pundakku pelan, aku menepisnya perlahan. " begitukah menurutmu?"

Cabik Luka

kau meninggalkan luka itu tak sendirian kau datang mencabiknya semakin dalam kau lempar dengan air asam dan garam mencacahnya dengan pisau berkarat kusam datang dan pergi menengoknya tak kau biarkan dia mengering dan tak terasa kau cabut perbannya kau koyak lagi tepiannya nanah nanah kamu mencintai darah air mata dan lara tak membuatmu puas tertawa kau berjalan bebas diatas lebam yang memerah dendam yang seperti bata menancap di jiwamu yang dulu pernah bercahaya tak bisakah kau hanya pergi? meninggalkan luka yang pasti sembuh sendiri. tak perlu kau cabik-cabik lagi tak usah kau siram dengan keangkuhan amarah pergi saja, biar luka itu bersemayam dalam damai yang sahaja usah kau mengusiknya. lagi,